Islam tidak Mengenal Valentine’s Day

Pada bulan Februari ini, ada hari yang saat ini oleh sebagian kaum muda Islam turut dirayakan yang disebut sebagai Valentine’s Day atau Hari Valentine, yaitu setiap tanggal 14 Februari. Beberapa tahun terakhir, perayaan itu semakin marak di kalangan anak-anak muda Islam. Dalam perayaan ini ada kecenderungan yang mengarah pada pergaulan bebas dan mengarah pada perzinaan dengan alasan sebagai hari kasih sayang.

Valentine’s Day tidak dikenal dalam Islam, karena perayaan ini bukan berasal dari ajaran Islam. Valentine’s Day berasal dari luar Islam, yang dahulu hanya populer di Eropa dan Amerika. Pada hari itu, para kaum remaja mengadakan pesta dengan hura-hura. Mereka berdansa semalam suntuk, saling memberi hadiah cokelat dan kegiatan yang berbau maksiat lainnya. Bahkan hal-hal yang hanya boleh dilakukan oleh pasangan suami-istri juga mereka lakukan. Na’udzubillahi min dzalik.

Lalu di kalangan kaum muslimin, terutama anak-anak mudanya, juga ikut-ikutan dan meniru-niru. Hal ini tentu amat memprihatinkan. Perayaan Valentine’s berasal dari perayaan Lupercalli. Yaitu upacara ritual yang dilakukan oleh orang-orang Romawi kuno setiap tanggal 15 Februari sebagai penghormatan kepada para dewa. Kemudian pada tahun 469, pihak gereja yakni Paus Cellecius mengubah menjadi 14 Februari untuk mengenang kematian seorang pendeta Santo Valentine. Valentine’s Day di masa sekarang ini malah justru semakin berkembang.

Pada masa Romawi sangat terkait dengan dunia para dewa dan mitologi sesat. Namun di masa sekarang hal ini identik dengan pergaulan bebas, utamanya para muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, saling bertukar hadiah, hingga perilaku yang mengarah pada praktik perzinaan. Semua itu diatasnamakan semangat hari kasih sayang.

Valentine’s Day adalah kegiatan yang bukan berasal dari agama Islam. Dalam pemahaman Islam, kegiatan “ritual” yang bukan berdasarkan syariat Islam, maka umat Islam tidak boleh ikut terlibat di dalamnya. Allah berfirman dalam Qs. Al Furqan ayat 72, “Dan orang-orang yang tidak menghadiri atau menyaksikan perbuatan zur, dan apabila mereka bertemu dengan orang-orang yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui saja dengan menjaga kehormatan dirinya.”

Kata “zur” dalam ayat ini maksudnya adalah kebatilan dan kedustaan. Ayat ini menjelaskan mengenai sifat-sifat orang beriman, di antaranya tidak menghadiri atau menyaksikan acara-acara kebatilan, termasuk acara Valentine’s Day yang di dalamnya ada ritual agama lain dan nuansa pergaulan bebas.

Dalam Valentine’s Day ini ada semacam kepercayaan, bahwa melakukan maksiat dan larangan-larangan seperti berpacaran, berpelukan, berciuman, bahkan hubungan maksiat di luar nikah sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya, semua itu sebagai ungkapan rasa kasih sayang. Hal seperti ini berbahaya dan akan merusak serta menghancurkan moral generasi muda Islam masa depan.

Agama Islam sarat dengan nilai-nilai kasih sayang. Rasulullah SAW bersabda, “Belum sempurna iman seseorang sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR Al-Bukhari dari Anas bin Malik). Dalam hadis lain Rasulullah berpesan, “Cintailah terhadap sesama manusia sebagaimana engkau mencintai dirimu sendiri, maka jadilah engkau muslim.” (HR At-Tirmidzi dari Abu Hurairah).

Hadis-hadis Nabi ini membuktikan bahwa Islam adalah agama kasih sayang. Kasih sayang ini tidak dibatasi dan ditentukan pada tanggal 14 Februari, seperti pada hari valentine dan tidak boleh dilakukan dengan cara-cara yang bertentangan dengan syariat Islam.

Kasih sayang dalam Islam diwujudkan dalam bentuk yang nyata, antara lain berupa silaturahmi, menjenguk dan membantu yang sakit, saling menolong, meringankan beban orang lain yang dilanda musibah, mendamaikan orang yang berselisih, mengajak kepada kebenaran dan mencegah dari perbuatan munkar.

Dengan demikian kasih sayang dalam Islam itu ada dalam kehidupan kita sepanjang zaman, tidak tertentu pada waktu-waktu yang terbatas. Karenanya semangat inilah yang harus kita hidup-hidupkan dalam keluarga kita. Kita berikan pengertian yang benar kepada anak-anak kita, sehingga mereka dapat terhindar dari perilaku buruk. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi dan membimbing kita semua. Amin.